Rabu, 21 Agustus 2013

nilai keindahan tari



NILAI KEINDAHAN TARI ( UNSUR – UNSUR KEINDAHAN TARI)

Hasil karya seni merupakan ungkapan perasaan yang dibentuk dari unsure – unsure yang dipadu menjadi satu kesatuan yang utuh untuk dapat dinikmati secara estetis. Seorang seniman mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya dalam bentuk karya seni untuk dinikmati nilai – nilai keindahannnya oleh para penikmat seni. Untuk memahami keindahan hasil karya seni, masing – masing mempunyai tolok ukur / criteria sendiri – sendiri. Pada gaya Surakarta nilai – nilai keindahan tari terangkum dalam Hasta Sawanda dan wiraga, wirama dan wirasa. Adapun hasta sawanda artinya hasta berarti delapan, sa / esa artinya satu, wanda artinya muka / badan. Jadi hasta sawanda berarti delapan ketentuan normative yang menjadi satu kesatuan untuk diterapkan bagi seorang penari agar membawakan suatu tarian dengan baik. Unsure – unsure pada hasta sawanda adalah :
1.      pacak        : merupakan suatu norma / ketentuan yang harus di terapkan dan ditaati dalam gerak atau pacak adalah keseluruhan ekspresi gerak pada setiap tarian tertentu. Misalnya dalam membawakan tokoh srikandhi pacaknya berbeda dengan tokoh shinta meskipun karekter tarinya sama – sama tari putrid.
2.      Pancat      : pola kesinambungan antara motif gerak satu dengan motif gerak lainnya. Dalam bentuk tari terdiri dari beberapa macam gerak yang dirangkai atau disusun secar berurutan, pergantian gerak harus serasi dan dibawakan secara luluh / menyatu.
3.      Ulat          : sikap pandangan / polatan / ekspresi wajah pada waktu menari sebagai upaya untuk mencapai dramatic peran yang dibawakan, seperti ekspresi gembira, sedih, gelisah dan lain sebagainya.
4.      Lulut        : hafal secara keseluruhan dengan insting. Penari yang sudah menerapkan lulut maka gerakan – gerakan tarinya akan keluar dengan sendirinya tanpa harus mengingat / menghafal.
5.      Wiled       : kreatifitas penari yang diterapkan pada saat  melakukan gerakan tari, sehingga dapat dikatakan wiled merupakan gaya pribadi setiap penari.
6.      Luwes      : gerakan pada tari yang selalu enak dalam pandangan. Keluwesan penari lebih banyak dipengaruhi oleh factor pembawaan atau bakat seseorang.
7.      Irama        : ketukan – ketukan tertentu yang mengatur cepat lambatnya gerakan tari. Penari harus dapat menepati irama artinya tidak boleh mendahului ataupun ketinggalan dalam irama tersebut.
8.      Gendhing             : seorang penari harus memahami dan mampu menerapkan bentuk – bentuk gendhing sebagai iringan tari dan dapat mengetahui saat jatuhnya kethuk, kenong, kempul dan gong.    

Selasa, 20 Agustus 2013

Gerak Dasar Tari Gaya Surakarta (Rantaya)

Gerak Dasar Tari Gaya Surakarta (Rantaya)
Rantaya berasal dari kata paran (apa) dan taya (mataya, tari). Menurut sumber lain bahwa rantaya yang berasal dari kata 'rante' dan 'taya'. Yang artinya didalam rantaya ada sebuah gerakan belajar berjalan atau didalam istilah tari dinamakan Lumaksana.
Jenis rantaya dibagi menjadi 3 macam :
1.       Rantaya Putri
2.       Rantaya Putra Alus
3.       Rantaya Putra Gagah
Pembagian jenis Rantaya diatas maing-masing mempunyai bentuk yang berbeda, adapun perbedaannya terletak pada ukuran lebar dan sempitnya bentangan baik kaki maupun tangan juga volume dan ruang lintasan geraknya.

1.      Macam Gerak Rantaya Putri antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Lembehan Kanan
d.       Lumaksana Ridhong Sampur
e.        Lumaksana Nayung
f.         Lumaksana Keputren
g.       Gerak Penghubung : Sindhet Kiri (4 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
j.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)
k.       Gerak Penghubung : Srisig (4/8/12 hitungan, disesuaikan dengan kebutuhan)
2.      Macam gerak Rantaya Putra Alus antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Dhahap Hanuraga
d.       Lumaksana Dhadhap Impuran
e.        Lumaksana Bang-bangan / Bambangan
f.         Lumaksana Nayung
g.       Gerak Penghubung : Besut (4 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
j.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)
k.       Gerak Penghubung : Srisig (4/8/12 hitungan, disesuaikan dengan kebutuhan)
l.         Macam gerak Rantaya Putra Gagah antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Kambeng
d.       Lumaksana Kalang Tinantang
e.        Lumaksana Bapang
f.         Gerak Penghubung : Besut (4 hitungan)
g.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)